NEWS UPDATE :  

Berita

MENGENANG SEJARAH PERJUANGAN R.A. KARTINI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Sejarah R.A. Kartini dalam menempuh pendidikan bisa dibilang istimewa dan berliku. Sebab ia merupakan anak pribumi yang diizinkan mengikuti pendidikan di Europesche Lagere School (ELS) atau sekolah dasar Eropa.

ELS merupakan sekolah khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak Bangsa Eropa dan Belanda Indo. R.A. Kartini bisa mendapat kesempatan masuk ELS dikarenakan ia adalah anak dari pejabat tinggi pemerintah.

Bahasa pengantar di ELS adalah bahasa Belanda, sehingga R.A. Kartini bisa meningkatkan kemampuan bahasanya. Proses pendidikan yang dijalani oleh R.A. Kartini di ELS menjadikan dirinya mampu menempatkan diri dengan baik dalam pergaulan.

Namun sayang, R.A. Kartini yang saat itu ingin melanjutkan pendidikan ke HBS Semarang justru ditentang ayahnya. R.A. Kartini dipaksa untuk menjadi putri bangsawan sejati dengan mengikuti adat istiadat yang berlaku dan ia banyak menghabiskan waktu di rumahnya atau masa dipingit (pingitan).


Meski masa pingitan harus dijalani R.A. Kartini dengan penuh kesepian, kesedihan, dan ketidakadilan, hal itu tidak membuatnya putus asa. Sebab R.A. Kartini mempunyai mimpi besar yaitu ingin memajukan perempuan kalangan bangsawan yang di mulai dari mengubah kebiasaan lama di keluarganya terlebih dulu.

R.A. Kartini juga sering menikmati buku-buku bacaan untuk menambah pengetahuan, menulis catatan hingga surat. Dengan membaca, R.A. Kartini jadi mempelajari dan memahami pemikiran-pemikiran emansipasi yang berkembang di belahan dunia lain.

Pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi Kartini dalam mewujudkan terciptanya kesetaraan manusia dan kemanusiaan.

Sejak saudari perempuannya R.A. Soelastri menikah dan ikut sang suami, R.A. Kartini menempati kedudukan sebagai putri kedua yang berhak mengatur semua urusan adiknya. Hak R.A. Kartini untuk mengatur adik-adiknya dimanfaatkan dengan baik untuk melakukan perubahan-perubahan.

Tradisi feodal yang memberikan hak istimewa kepadanya tidak digunakan, adik-adiknya tidak lagi harus menyembah dirinya dan tak perlu berbicara dengan bahasa Jawa krama inggil.

Perubahan yang dilakukan oleh R.A. Kartini merupakan bentuk perombakan terhadap tradisi yang sudah mengakar kuat dalam kalangan bangsawan.

Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh R.A. Kartini perlahan bisa menjadikan aturan-aturan pingitan melonggar. Berkat kesabaran dan upayanya yang pantang menyerah, R.A. Kartini mendapat dukungan dari tiga saudarinya. Ia juga dilibatkan untuk mengikuti tugas sang ayah ke desa-desa di Jepara untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. Seiring berjalannya waktu, R.A. Kartini pernah melakukan perjalanan dinas bersama ayahnya ke Batavia untuk mendapat beasiswa pendidikan di Belanda, tetapi usahanya itu gagal.

Berita tentang keinginan R.A. Kartini untuk melanjutkan pendidikan menjadi bahan pembicaraan di Hindia Belanda dan di Belanda. Terutama saat kunjungan anggota parlemen Belanda Van Kol ke Jepara yang diberitakan dalam surat kabar De Locomotief tanggal 25 April 1902.

Kemampuan Kartini yang dinilai sangat luar biasa itu mendorong Van Kol memberikan tawaran untuk melanjutkan pendidikan ke Belanda dengan biaya dari pemerintah.

Usahanya kali ini berhasil dan mendapat restu dari kedua orang tuanya. Namun R.A. Kartini justru terhasut saran lain dari Mr. J.H. Abendanon yang membuatnya membatalkan niat sekolah di Belanda. Sejak mengikuti saran Mr. J.H. Abaendanon dan gagal batal sekolah di Belanda, R.A. Kartini sempat mengalami sakit keras karena masalah batin.

R.A. Kartini juga mengirimkan surat kepada teman-temannya di Belanda dan memohon agar mereka tidak menjauhinya karena kecewa dengan keputusannya itu. Kartini berusaha menjelaskan kepada teman-temannya tentang budaya masyarakatnya yang masih belum semaju masyarakat di Belanda. Penjelasan tersebut menjadikan mereka tetap bersedia menjalin hubungan baik dengan Kartini, walaupun pada awalnya merasa perjuangannya dikhianati.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, akhirnya R.A. Kartini dan Roekmini saudarinya mendirikan sekolah untuk anak perempuan yaitu Sekolah Kartini.
Murid-murid sekolah umumnya anak-anak priyayi yang ada di kota Jepara sehingga sekolah tidak perlu menyediakan penginapan. Murid-murid di sekolahnya belajar membaca, menulis, menggambar, tata krama, sopan-santun, memasak, serta membuat kerajinan tangan. Aktifitas R.A. Kartini di sekolah menjadikannya melupakan rasa pedih karena gagal berangkat ke Belanda.

Dari Perjuangan R.A.Kartini kita semua belajar bahwa sebuah kegagalan akan menciptakan karya dan aksi yang luar biasa. Jadi, teruslah berjuang untuk mewujudkan sebuah mimpi…!!!