NEWS UPDATE :  

Berita

SEPUTAR POLEMIK TUGAS DARI GURU DI KERJAKAN DENGAN AI

Jaman sekarang, AI (Artificial Intelligence) sudah ada di mana saja — cukup di genggaman tangan melalui sebuah perangkat yang dinamakan smartphone. Dengan alat ini, semua informasi dan pembuatan data berbasis digital dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan efisien. Tidak hanya dalam bidang industri dan bisnis, kehadiran AI juga mulai merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan.

 

Dunia pendidikan saat ini tidak bisa lepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Para pendidik atau guru perlu beradaptasi dan mengikuti perubahan zaman agar mampu memberikan pembelajaran yang relevan bagi peserta didik. AI dapat membantu dalam berbagai hal, seperti mempermudah pengolahan nilai, memberikan rekomendasi materi sesuai kemampuan siswa, hingga menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan personal. Dengan bantuan AI, proses belajar mengajar dapat menjadi lebih efektif dan menarik.

 

Selain itu, siswa pun perlu diperkenalkan dengan teknologi AI sejak dini agar mereka siap menghadapi tantangan dunia modern. Dengan memahami cara kerja dan manfaat AI, mereka dapat mengembangkan kreativitas, berpikir kritis, serta mampu menggunakan teknologi secara bijak. AI bukan hanya alat bantu, tetapi juga jembatan untuk menciptakan inovasi dan kemajuan di masa depan.

 

Namun demikian, penggunaan AI dalam pendidikan juga perlu diimbangi dengan etika dan tanggung jawab. Pendidik harus memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, bukan menggantikan peran manusia sepenuhnya. Nilai-nilai kemanusiaan, moral, dan karakter tetap harus menjadi landasan utama dalam mendidik generasi penerus bangsa.

 

dibawah ini penulis sudah sedikit memberikan contoh pengggunaan AI di dalam dunia pendidikan:

 

Pertanyaan AI : adakah cara atau tools untuk mengetahui siswa yang mengerjakan tugas menggunakan AI

Jawaban AI :

Bisa — tapi penting dicatat: tidak ada cara tunggal yang 100% andal untuk “membuktikan” siswa memakai AI. Alat deteksi bisa membantu memberi petunjuk, namun sering muncul false positives/negatives dan beberapa kampus bahkan menghentikan penggunaan alat tertentu karena masalah keandalan. Di bawah ini saya rangkum cara, tools populer, plus workflow praktis & contoh kebijakan/rubrik yang bisa langsung Anda pakai. (Saya sertakan sumber penting untuk klaim keandalan/risikonya.) (turnitin.com)

1) Tools deteksi yang umum dipakai (keterangan singkat)

  • Turnitin (AI writing indicator / Originality add-on) — banyak dipakai lembaga; klaim akurasi tinggi tapi ada laporan kasus salah tuduh sehingga banyak perguruan tinggi berhati-hati. (turnitin.com)
  • GPTZero — alat populer untuk deteksi teks AI, menawarkan versi gratis/berbayar dan klaim pembaruan rutin. (GPTZero)
  • Copyleaks — menonjol dalam beberapa studi/benchmark untuk deteksi AI dan plagiarisme; juga mempublikasi hasil perbandingan. (Copyleaks)
  • (Catatan) OpenAI pernah merilis classifier tapi kemudian menghentikannya karena rendahnya akurasi — ini menunjukkan keterbatasan teknis pendekatan murni linguistik. (OpenAI)

2) Kelemahan penting — harus dipahami sebelum pakai

  • Detektor bisa salah tuduh—terutama terhadap penulis non-native (pelajar bahasa kedua), teks yang sudah diedit/parafrase, atau teks campuran manusia+AI. (adelaidenow.com.au)
  • Model LLM terus berkembang; detektor ketinggalan cepat (tool yang akurat hari ini bisa kurang akurat setelah model baru muncul). (GPTZero)
  • Hasil deteksi sebaiknya tidak dipakai sebagai satu-satunya bukti untuk tindakan disipliner.

3) Praktik terbaik (workflow deteksi + verifikasi)

  1. Rancang tugas agar sulit “di-AI-kan”: minta refleksi personal, studi kasus lokal, data lokal/eksperimen, atau tugas yang butuh referensi kelas spesifik.
  2. Minta bukti proses: draft awal, catatan penelitian, log revisi, file .docx dengan komentar, metadata waktu, atau screencast saat mengerjakan.
  3. Gunakan detektor sebagai indikator, bukan bukti tunggal: jalankan teks melalui 1–2 alat (mis. Turnitin + Copyleaks/GPTZero) untuk mendapatkan sinyal awal. (turnitin.com)
  4. Bandingkan gaya penulisan: lihat perubahan gaya drastis antar tugas siswa (konsistensi kosakata, panjang kalimat).
  5. Verifikasi lisan: lakukan wawancara singkat atau presentasi—minta siswa jelaskan bagian yang diduga mereka tulis.
  6. Dokumentasikan proses sebelum ambil keputusan disipliner (screenshots, laporan tool, catatan pertemuan).

4) Contoh alur keputusan sederhana (boleh diterapkan di sekolah)

  • Nilai detektor < ambang (mis. <20% AI) → lanjut penilaian biasa.
  • Detektor ≥ ambang dan tidak ada bukti proses/draft → panggil siswa untuk klarifikasi + minta bukti proses.
  • Jika siswa tidak bisa menjelaskan atau bukti menunjukkan penggunaan AI tanpa izin → tindak lanjut sesuai kebijakan (peringatan, pengulangan tugas, dll).
    Selalu beri hak jawab dan proses banding.

5) Contoh singkat teks kebijakan/kalimat yang bisa dimasukkan ke silabus

“Penggunaan alat generatif (ChatGPT, Bard, dll.) untuk tugas tertulis harus dinyatakan secara eksplisit dan sumber/kontribusi AI dicantumkan. Materi yang terbukti diserahkan tanpa deklarasi dapat dikenai tindakan akademik. Hasil alat pendeteksi AI dapat digunakan sebagai indikator, namun keputusan akhir mempertimbangkan bukti proses dan klarifikasi siswa.”

6) Contoh rubrik penilaian integritas (skala 0–4 poin)

  • 4 = Tugas asli, proses lengkap (draft, catatan), refleksi pribadi.
  • 3 = Orisinal, sedikit bukti proses.
  • 2 = Teks mengandung indikasi AI (alat deteksi tinggi) tetapi siswa bisa tunjukkan beberapa bukti proses.
  • 1 = Teks mengandung indikasi kuat AI & tidak ada bukti proses.
  • 0 = Plagiarisme/penipuan terbukti.

7) Rekomendasi teknis & etis

  • Gunakan lebih dari satu alat dan catat tanggal/versi alat bila menyimpan bukti.
  • Latih dosen/guru mengenali keterbatasan detektor dan bias terhadap penulis non-native.
  • Beri siswa edukasi tentang penggunaan etis AI (di mana boleh/harus deklarasi).
  • Hindari keputusan disipliner tunggal berdasarkan output detektor — gunakan wawancara/wolongan bukti tambahan.

8) Jika Anda mau — saya bisa langsung:

  • Buatkan template kebijakan (bahasa Indonesia) yang bisa ditempel di silabus.
  • Buatkan workflow checklist untuk guru (langkah periksa + komunikasi ke siswa).
  • Bantu memilih 2–3 tool yang cocok untuk anggaran dan ukuran sekolah Anda (plus cara integrasi ke LMS).

 

 

Pertanyaan AI : adakah cara memberikan tugas kepada siswa agar tidak menggunakan AI

Jawaban AI :

Pertanyaan bagus sekali ๐Ÿ‘ — dan ini juga sedang jadi topik hangat di dunia pendidikan sekarang.
Jawabannya: tidak bisa 100% mencegah siswa menggunakan AI, tapi bisa dibuat tugas yang sangat sulit (atau tidak berguna) jika dikerjakan dengan AI saja.
Kuncinya ada di desain tugasnya, bukan hanya di larangan.

Berikut cara dan strategi praktisnya ๐Ÿ‘‡

 

๐Ÿงฉ 1. Ubah jenis tugas jadi “AI-resistant”

AI kuat dalam teks umum dan teoretis, tapi lemah pada konteks pribadi, lokal, dan reflektif.
Gunakan bentuk tugas seperti:

Jenis Tugas

Contoh Penerapan

Refleksi pribadi

“Tuliskan pengalamanmu saat menggunakan konsep ini di kehidupan nyata.”

Konteks lokal/spesifik

“Gunakan data dari lingkungan sekitar (misal: hasil panen, survei teman sekelas, atau kondisi sungai di desa kamu).”

Tahapan proses (bukan hasil akhir)

“Kumpulkan draft 1, revisi 1, dan catatan perubahan sebelum mengumpulkan versi final.”

Analisis karya teman

“Tanggapi hasil karya temanmu dan berikan saran perbaikan.”

Proyek kolaboratif langsung

“Kerjakan bersama kelompok dan presentasikan prosesnya di depan kelas.”

Presentasi/verifikasi lisan

Setelah tugas dikumpulkan, guru tanya 2–3 hal seputar isi tugas untuk memastikan pemahaman.

 

๐Ÿง  2. Minta “jejak berpikir” (thinking trail)

AI bisa menghasilkan teks, tapi sulit meniru cara berpikir siswa.

Contoh:

  • “Tuliskan bagaimana kamu mendapatkan ide ini.”
  • “Apa kesulitan terbesar saat mengerjakan bagian ini?”
  • “Sebutkan 2 alternatif jawaban yang kamu pertimbangkan sebelum memilih yang kamu tulis.”

Dengan begitu, siswa harus menunjukkan prosesnya, bukan cuma hasilnya.

 

๐Ÿงพ 3. Gunakan format tugas berlapis

Gabungkan 2–3 tahap:

  1. Brainstorm / ide awal
  2. Draft pertama
  3. Revisi final + refleksi

Guru bisa menilai perkembangan logis dari ide → hasil akhir.
AI biasanya tidak bisa menunjukkan alur perubahan alami seperti manusia.

 

๐Ÿง‍โ™‚๏ธ 4. Tugas dengan interaksi langsung

Misalnya:

  • Diskusi langsung di kelas.
  • Presentasi hasil tugas (lisan).
  • Tanya jawab pendek di akhir tugas (verifikasi cepat).

Guru bisa melihat siapa yang benar-benar paham tugasnya.

 

๐Ÿ“ฑ 5. Gunakan data atau konteks yang hanya diketahui siswa

Misal:

  • “Analisis data hasil wawancara dengan warga sekitar.”
  • “Gunakan contoh dari kegiatan ekstrakurikuler kamu sendiri.”
  • “Tuliskan opini pribadi tentang kejadian terbaru di sekolah.”

AI tidak bisa akses pengalaman atau data nyata siswa.

 

๐Ÿ”’ 6. Atur kebijakan kelas secara terbuka

Daripada hanya melarang, buat aturan jelas:

“AI boleh digunakan untuk mencari ide awal, tapi tidak boleh menulis tugas utama.
Jika menggunakan AI, tuliskan di bagian ‘bantuan AI’ agar guru bisa menilai secara adil.”

Ini membuat siswa lebih jujur dan belajar tanggung jawab akademik.

 

๐Ÿงฐ 7. Gunakan kombinasi digital + manual

Untuk tugas tertentu, minta:

  • Tulis tangan draft pertama.
  • Unggah rekaman video pendek penjelasan tugas.
  • Kumpulkan file .docx lengkap dengan histori revisi (fitur Track Changes di Word/Google Docs).

 

 

Pertanyaan AI : buatkan contoh tugas dari beberapa mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, dan pelajaran umum lainnya

Jawaban AI :

Bagus banget ๐Ÿ™Œ — ini langkah yang tepat kalau ingin membuat sistem tugas yang mendorong siswa berpikir sendiri dan tidak bergantung pada AI.
Di bawah ini saya buatkan contoh tugas anti-AI untuk beberapa pelajaran umum di SMA (bisa disesuaikan untuk SMP juga).

Setiap tugas saya buat dengan ciri khas:

  • ๐Ÿง  Fokus pada proses & pemahaman pribadi
  • ๐Ÿ“ Konteks nyata/lokal
  • โœ๏ธ Susah dikerjakan oleh AI tanpa pengalaman pribadi
  • โœ… Ada tahap verifikasi atau refleksi

 

๐Ÿ“˜ 1. Matematika

Topik: Statistika / Data

Tugas:

Kumpulkan data nyata dari lingkungan sekitar kamu (contoh: jumlah anggota keluarga di 10 rumah tetangga, atau lama waktu temanmu belajar setiap hari).

  1. Buat tabel dan diagram batang dari data tersebut.
  2. Hitung nilai rata-rata, median, dan modus.
  3. Jelaskan apa arti hasil tersebut menurutmu (contoh: apakah waktu belajar teman-temanmu sudah cukup?).

Terakhir, tulis refleksi singkat (3–5 kalimat):

  • Bagaimana proses kamu mengumpulkan data?
  • Apa kesulitannya?

๐Ÿ’ก AI bisa bantu hitung, tapi tidak bisa menebak data asli & pengalaman pengumpulan data.

 

๐Ÿ“— 2. Bahasa Indonesia

Topik: Teks Eksposisi / Opini

Tugas:

Buat teks eksposisi tentang masalah yang terjadi di lingkungan sekolah atau desamu sendiri.
Contoh: kebersihan sekolah, kebiasaan terlambat, atau penggunaan HP saat pelajaran.

  1. Paragraf 1: Pendapatmu tentang masalah tersebut
  2. Paragraf 2: Argumen dan contoh nyata yang kamu lihat sendiri
  3. Paragraf 3: Solusi menurutmu

Sertakan foto bukti atau wawancara singkat (2–3 kalimat) dengan orang yang kamu ajak bicara.

๐Ÿ’ก AI tidak bisa menulis pengalaman atau hasil wawancara nyata.

 

๐Ÿ“™ 3. Bahasa Inggris

Topik: Descriptive Text / Recount Text

Tugas:

Write a short recount text (100–150 words) about your real experience last weekend or during a school event.

Include:

  • When and where it happened
  • What you did
  • Who was with you
  • How you felt

After writing, make a 30-second video explaining your story in English.

๐Ÿ’ก AI bisa bantu bahasa, tapi siswa tetap harus menjelaskan sendiri di video — itu memastikan orisinalitas.

 

๐Ÿ“” 4. Pendidikan Agama (contoh: Islam)

Topik: Akhlak & Ibadah

Tugas:

Pilih satu nilai akhlak baik (misal: jujur, disiplin, tolong-menolong).

  1. Ceritakan pengalaman nyata kamu menerapkan nilai itu dalam kehidupan sehari-hari.
    b. Kaitkan dengan dalil atau ayat/hadits yang relevan.
    c. Jelaskan perasaanmu saat melakukannya dan dampaknya bagi orang lain.

(Boleh ditulis tangan dan difoto, atau diketik dengan catatan tanggal kejadian.)

๐Ÿ’ก AI tidak bisa tahu pengalaman pribadi atau perasaan nyata siswa.

 

๐Ÿ“’ 5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Topik: Pengamatan Lingkungan

Tugas:

Lakukan pengamatan sederhana di rumah atau lingkungan sekitar.
Contoh: pertumbuhan tanaman, sumber air, atau jenis sampah yang sering muncul.

  1. Catat hasil pengamatan selama 3 hari
    b. Buat laporan dengan tabel atau gambar
    c. Jelaskan hasil dan beri saran sederhana untuk menjaga lingkungan

Tambahkan foto bukti kegiatanmu.

๐Ÿ’ก AI tidak bisa menghasilkan foto asli atau observasi nyata.

 

๐Ÿ““ 6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) / PKN

Topik: Peran warga negara / kehidupan sosial

Tugas:

Amati kegiatan gotong royong, rapat RT, atau kegiatan sosial di tempat tinggalmu.

  1. Jelaskan kegiatan tersebut
    b. Sebutkan siapa saja yang terlibat
    c. Analisis: bagaimana kegiatan itu mencerminkan nilai kebersamaan dan tanggung jawab warga?

Tambahkan pendapat pribadi: apa yang bisa kamu pelajari dari kegiatan itu?

๐Ÿ’ก Laporan ini berbasis observasi langsung, bukan teori umum.

 

๐Ÿงพ 7. Informatika

Topik: Etika penggunaan teknologi

Tugas:

Buat esai singkat (1 halaman) tentang pengalaman pribadimu menggunakan teknologi secara bijak.

  • Ceritakan situasi nyata (misalnya: menjaga privasi, membantu teman lewat internet, dll)
  • Jelaskan risiko jika teknologi digunakan sembarangan
  • Berikan tips dari pengalamanmu sendiri

๐Ÿ’ก AI bisa menulis umum, tapi tidak bisa menceritakan pengalaman pribadi siswa.

 

๐Ÿ“š BONUS: Format Umum (Bisa Diterapkan di Semua Pelajaran)

Setiap tugas bisa ditutup dengan pertanyaan reflektif seperti:

  • Apa hal baru yang kamu pelajari dari tugas ini?
  • Bagian mana yang paling sulit, dan bagaimana kamu mengatasinya?
  • Jika kamu bisa mengulang, apa yang akan kamu ubah?